Senin, 18 Maret 2013

Konsep Mobil Perjuangan Liga Mahasiswa NasDem Jabar


Restorasi berarti juga "memperbaiki" dan "mengembalikan". Seperti kita ketahui, toyota kijang kotak terakhir diproduksi tahun 80-an. Mungkin di era modern seperti ini, kijang kotak ini sudah dianggap jadul dan tidak gaul. Namun, apa yang terjadi disaat kijang kotak butut ini di "Restorasi"? Kurang lebihnya akan seperti gambar diatas. Indah dan Menawan.

Sebenarnya, nilai-nilai restorasi sudah dilakukan oleh kita dalam kehidupan sehari-hari. Disaat kita mempunyai motor vespa yang sudah butut dan kita mempunyai keinginan mengembalikannya dalam bentuk semula (original). Itu tentu sebuah hal yang cukup menguras korek dan kesabaran. namun, setelah itu terwujud, kepuasannya tentu tiada tara. 

Itupula yang dimaksud dengan Restorasi Indonesia. Namun, tentu tidak mudah melakukan hal tersebut, perlu banyak tangan yang selalu siap menopang beban perjuangan dalam melakukan Gerakan Perubahan di tengah masyarakat Indonesia yang begiru banyak ini. Kalau bukan oleh kita, siapa yang peduli? Pilihannya hanya SATOE, Bergabung Bersama Arus Besar Gerakan Perubahan Restorasi Indonesia (^-^)/

Cp: NasDem Boy (0856 2261 025)

Jumat, 01 Maret 2013

Perkenalkan Super.N (Sang Superhero NasDem)

Salam Restorasi,

Bagaimana kabar para pejuang perubahan semua? Semoga tetap semangat dalam melakukan GERAKAN PERUBAHAN menuju RESTORASI Indonesia yang kita cita-citakan bersama di masa mendatang. Yang No.1 adalah agar kita tetap menghadapi segala sesuatunya tantangan dan rintangan dengan penuh semangat. Tidak ada satupun perjuangan yang tanpa pengorbanan. Untuk itu, mari sesama pejuang perubahan kita saling memotivasi dan membangun gerakan perubahan di tengah masyarakat. 

TUNTASKAN RESTORASI!

                                                                                                                        Ttd,

                                                                                                                        
                                                                                                                         Mr.N_asDem

Kongres Pertama Partai NasDem

 Liga Mahasiswa NasDem Komite Wilayah Jawa Barat
 Liga Mahasiswa NasDem Komite Wilayah Jawa Barat
 Liga Mahasiswa NasDem Komite Wilayah Jawa Barat
 Liga Mahasiswa NasDem Komite Wilayah Jawa Barat
 Liga Mahasiswa NasDem Komite Wilayah Jawa Barat
 Liga Mahasiswa NasDem Komite Wilayah Jawa Barat
 Liga Mahasiswa NasDem Komite Wilayah Jawa Barat
 Liga Mahasiswa NasDem Komite Wilayah Jawa Barat
 Liga Mahasiswa NasDem Komite Wilayah Jawa Barat

 Liga Mahasiswa NasDem Komite Wilayah Jawa Barat
Liga Mahasiswa NasDem Komite Wilayah Jawa Barat

Sabtu, 23 Februari 2013

Raison D'etre Liga Mahasiswa NasDem

 

Raison D’etre

“Restorasi Indonesia adalah perubahan mindset masyarakat dari kepura-puraan menjadi keterusterangan”   Surya Paloh

Kalimat di atas menjadi gugatan epistemologis di masa sekarang. Dimana politik penuh sesak dengan citra yang menjungkirbalikan akal sehat dan fakta yang sebenarnya. Bagi Liga Mahasiswa NasDem, kalimat di atas adalah azimat, pertanda bahwa kinilah saatnya organisasi gerakan mahasiswa menegaskan jati dirinya sebagai bagian dari gerakan perubahan yang mendedikasikan jiwa dan raganya dengan kekuatan politik.
Istilah-istilah sebagai gerakan moral (moral force), agen perubahan, kekuatan independen, adalah slogan-slogan buah dari politik “tipu muslihat” penguasa terhadap kekuatan mahasiswa. Politik “organisasi resmi” yang diakui oleh pemerintah dengan NKK/BKK dan SMPT di lingkungan kampus, misalnya, telah menjauhkan kekuatan mahasiswa dari kehidupan politik. Mereka menjadi berjarak dengan politik. Mereka menjadi apolitik bahkan anti-politik.

Kenyataan itu dimulai sejak lebih dari empat dasawarsa lamanya, saat Orde Baru lahir pada tahun 1966. Padahal sejak Maklumat X yang dikeluarkan oleh Wakil Presiden Mohamat Hatta pada 1948, gerakan mahasiswa terlibat dalam praktek demokrasi. Mereka terafiliasi dengan berbagai partai politik. HMI dengan Masyumi, GMNI dengan PNI, CGMI dengan PKI, dan lain-lain. Mereka menjadi ruang kaderisasi bagi partai-partai tersebut; mereka menjadi kawah candradimuka bagi organisasi politik saat itu. Hasilnya adalah kehidupan politik yang berkualitas, dewasa, dan jauh dari praktik-praktik yang membodohkan masyarakat.
Meski tidak stabil, akan tetapi praktek politik saat itu penuh dengan bangunan nilai (value), sarat dengan keutamaan sikap (virtue) dan etika (ethic), yang berguna bagi kemajuan peradaban manusia. Bandingkanlah itu dengan kenyataan politik saat ini. Hal tersebut tidak berlebihan mengingat gerakan mahasiswa yang dulu dikenal dengan gerakan pemuda-pelajar berbaur dengan kekuatan bersemangat kemerdekaan lainnya. Seperti gerakan-gerakan lainnya, mereka lahir dari suasana negeri yang membutuhkan gerakan-gerakan perlawanan terhadap kolonialisme. Mereka bahkan menjadi bidan bagi lahirnya partai-partai politik. Inilah yang menyebabkan mereka tidak berjarak dengan kekuatan-kekuatan politik saat itu.

Gelombang Deideologisasi, Depolitisasi, dan Deorganisasi

Kondisi yang terjadi pada era Orde Lama sangatlah berbeda dengan pada Era Orde Baru yang represif. Pada era Orde Baru, gerakan kaum terpelajar cenderung terpisah dengan gerakan politik. Dalih stabilitas politik melahirkan organisasi-organisasi tunggal yang diakui oleh negara. Di tingkat kampus, pemerintah hanya mengakui Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) sebagai satu-satunya lembaga mahasiswa di tingkat kampus. Kebijakan ini adalah bentuk represi terhadap kebebasan berserikat, berkumpul, dan berpolitik bagi mahasiswa. Pada saat bersamaan, kebebasan berekspresi bagi mahasiswa hanya diakomodir sebatas pada kegiatan hobisme lewat dibentuknya UKM-UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa).

Buah dari politik tersebut adalah munculnya organisasi-organisasi tandingan dengan label independen. Mereka independen dari kepentingan apapun. Mereka tidak berada dibawah kuasa negara, mereka juga lepas dari kekuatan politik manapun. Dalam lingkungan kampus, muncul kemudian istilah organisasi intra dan ekstra kampus. Yang intra diakui oleh negara, sementara yang ekstra adalah independen. Yang intra melulu terkungkung pada kegiatan sosial dan kemahasiswaan, sementara yang ekstra terbakar oleh semangat tanpa nalar, hingga kalap dengan menolak segala yang berhubungan politik praktis. Mereka terjebak dalam gerakan moral yang sloganistis, yang justru sering disalahgunakan oleh kepentingan-kepentingan yang bersembunyi dalam jargon independen tadi. Inilah yang melahirkan kenyataan politik hari ini. Politik depolitisasi Orde Baru selama lebih dari 33 tahun telah berpilin-berjalin dengan euphoria 1998 yang gagap sehingga melahirkan demokrasi yang terbata-bata, bahkan hingga 13 tahun Reformasi berjalan.

Namun demikian, Gerakan Reformasi yang notabene dimotori oleh gerakan mahasiswa hanya berhasil melakukan pergantian kekuasaan nir pergantian rejim. Hal ini adalah efek dari ‘arogansi sektoral’ gerakan mahasiswa yang cenderung ‘emoh politik ‘ karena tidak membangun korespondensi dengan partai-partai politik. Mereka cenderung menjaga jarak dengan partai-partai politik dan alergi dengan perjuangan politik parlementer. Alhasil, gerakan perubahan tidak kunjung menemu hasil karena perjuangan politik dikerdilkan menjadi sebatas gerakan slogan dan demonstrasi belaka.

Alhasil, kaum intelektual organis yang kritis yang seharusnya mengisi struktur-struktur partai ataupun pemerintahan, kini hanya berserak di jalanan dan hanya menjadi penonton betapa partai dan pemerintahan kita saat ini diisi oleh orang-orang yang tidak berkompeten, korup, dan sama sekali tidak  memiliki visi kebangsaan.

Kaderisasi Politik

Pahitnya, dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, kita terus dan masih dihadapkan pada kenyataan politik kita yang penuh dengan muslihat dan praktik-praktik yang membodohkan. Politik transaksional, politik sandera, politisi instan, dinasti politik, yang bermuara pada korupsi, penyalahgunaan wewenang, persekongkolan, dan sejenisnya, adalah buah dari tidak adanya ruang kaderisasi yang memadai dalam tubuh partai selama ini. Mereka yang menjadi tokoh, fungsionaris, pengurus, hingga calon anggota legislatif dan kepala lembaga eksekutif adalah mereka yang tidak memiliki kualifikasi sebagai manusia politik.

Hanya bermodal dana berlimpah dan pengaruh, seseorang bisa menjadi calon atau tokoh penting sebuah partai. Hanya karena faktor kedekatan, seseorang bisa menjadi pengurus partai. Partai akhirnya hanya menjadi  “agen” yang menyediakan tiket bagi mereka yang menginginkan jabatan dan kekuasaan. Partai menjadi sekadar dinasti baru dari sebuah kekuatan politik bagi trah keluarga tertentu. Partai tidak melahirkan kader-kader mumpuni, kader-kader yang punya integritas, dan kader-kader yang teruji dan penuh dedikasi. Hingga akhirnya, muara dari semua ini adalah malpraktik lembaga-lembaga publik yang akut, baik di partai maupun pemerintahan.

Kenyataan inilah yang mendasari lahirnya Liga Mahasiswa NasDem: sebuah perkumpulan mahasiswa yang menyadari pentingnya menghidupkan kembali gerakan mahasiswa yang tengah mati suri. Gerakan mahasiswa yang berniat merestorasi semangat gerakan pemuda-pelajar dulu, yang sadar bahwa politik adalah alat memajukan peradaban manusia.

Belajar, Berpartai, dan Berbakti

Inilah takdir sejarah lahirnya gerakan Restorasi Indonesia di ranah mahasiswa. Inilah saatnya kaum terpelajar mengembalikan kewibawaan dan kehormatan politik yang coreng-moreng oleh para bandit dan petualang politik. Kaum terpelajar harus kembali mendekat dan mengembalikan kehormatan politik Indonesia. Kaum terpelajar harus kembali menjadi produsen utama manusia-manusia politik Indonesia.

Liga Mahasiswa NasDem, sesuai namanya, adalah organisasi gerakan mahasiswa yang tanpa tedeng aling-aling, tanpa berpura-pura, menyatakan dirinya bagian dari Gerakan Restorasi Indonesia.

Liga Mahasiswa NasDem, bukanlah sayap, bukan underbow, bukan pula sarana mobilisasi massa dari Partai NasDem. Lebih dari itu, Liga Mahasiswa Nasdem adalah  tulang punggung (backbone) dari Partai NasDem, sebagai ruang penempaan dan pendidikan bagi calon-calon kadernya.

Liga Mahasiswa NasDem, sesuai dengan motonya: Belajar, Berpartai, Berbakti, ingin menjadi pelopor dan pendobrak bagi kegamangan gerakan mahasiswa dewasa ini, yang hidup segan mati tak mau; yang malu-malu untuk menyatakan dirinya sebagai bagian dari kekuatan partai politik tertentu; yang hanya berjuang dalam semangat mobilisasi semata; yang hanya mencetak kader-kadernya menjadi petualang politik belaka.

Liga ini mengajak kepada seluruh mahasiswa Indonesia, dari Papua hingga Aceh, untuk belajar menggali potensi diri dan melakukan aksi-aksi nyata dalam seluruh aspeknya: sosial, politik, ekonomi, seni dan budaya, hingga minat dan bakat, sebagai wujud pengabdian pada bangsa dan negara. Semua aktivitas itu beraras pada visi Restorasi Indonesia.

Liga Mahasiswa Nasdem bukanlah organisasi mahasiswa yang hanya sibuk dengan dunia kampus atau persoalan akademik belaka. Liga Mahasiswa Nasdem ingin mengembalikan peran intelektual organis mahasiswa untuk terlibat dalam penyelesaian persoalan-persoalan rakyat. Liga Mahasiswa Nasdem ingin mencetak kader-kader yang berbakti kepada rakyat, yang mendarma-baktikan keahlian mereka untuk membantu menyelesaikan persoalan rakyat. Liga  Mahasiswa Nasdem adalah bagian dari Gerakan Restorasi Indonesia, tulang punggung Partai NasDem untuk bersama-sama memuliakan martabat rakyat Indonesia.

Tunaikan Tugas Suci, Tuntaskan Restorasi !!!

Informasi kontak: ihsan (08562261025)

Rabu, 20 Februari 2013

Diskusi Quo Vadis Ruang Terbuka Hijau: "Babakan Siliwangi"

Diskusi ini diselenggarakan pada tanggal 15 Februari 2014. Satu hari setelah anak muda yang lain merayakan hari kasih sayang. Bagi kami, Liga Mahasiswa NasDem Jawa Barat diskusi inipun merupakan salah satu bentuk kasih sayang kami terhadap lingkungan.

Diskusi yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa dari berbagai kampus di Jawa Barat seperti UPI, UNPAD, UNJANI, UNPAS, dll berjalan cukup menarik. Para pembicara yang hadir pada kesempatan itu cukup mewakili komponen politik di Kota Bandung. 

Ada perwakilan dari BPLH Kota Bandung, Walhi Jabar, dan DPD Partai Nasdem Kota Bandung. Hampir kesemuanya memberikan paparan yang sangat terarah dan sistematis. Kesempatan pertama diberikan kepada pihak pemerintah kota Bandung dalam hal ini perwakilan BPLH.

Kemudian dilanjutkan oleh perwakilan dari DPD Partai Nasdem Kota Bandung dan diakhiri oleh paparan dari perwakilan Walhi Jabar. Kesimpulan yang dapat diambil oleh kita sebagai mahasiswa adalah bagaimana permasalahan lingkungan ini merupakan tanggung jawab kita bersama.

Seluruh elemen masyarakat di Kota Bandung tentunya harus saling bahu membahu untuk melakukan pelestarian lingkungan termasuk Babakan Siliwangi. Pengawasan harus selalu dilakukan oleh para pihak yang setuju dengan gerakan pelestarian lingkungan. 

Semoga diskusi ini memberikan pencerahan kepada kita sebagai tulang punggung gerakan perubahan restorasi Indonesia! 

Kamis, 31 Januari 2013

Pernyataan Liga Mahasiswa NasDem Terkait Pelantikan Taufik



TRIBUNNEWS.COM -

Komite Pusat Liga Mahasiswa NasDem menegaskan bahwa tidak pernah mengeluarkan SK dan melantik saudara Taufik sebagai Ketua Komite Wilayah Liga Mahasiswa NasDem Jawa Barat.

Hal ini terkait berita yang beredar di media tentang pengunduran diri saudara Taufik yang mengatasnamakan Ketua Liga Mahasiswa NasDem Jawa Barat.

Perlu diketahui saat ini Liga Mahasiswa NasDem Jawa Barat sedang dan akan melantik saudara Darisman sebagai Ketua Komite Wilayah Liga Mahasiswa NasDem Jawa Barat.

Karenanya, Komite Pusat Liga Mahasiswa NasDem mengecam saudara Taufik yang semena-mena mengatasnamakan Liga Mahasiswa NasDem Jabar.

Liga Mahasiswa NasDem menegaskan bahwa tindakan ini adalah kebohongan publik yang dilakukan sekelompok orang-orang terorganisir. Mereka adalah “ROMLI” rombongan liar dalam Liga Mahasiswa NasDem.”

Jakarta, 31 Januari 2013
Ketua Umum
Liga Mahasiswa NasDem
Willy Aditya

Rabu, 30 Januari 2013

Dinamika Atau Kelebayan Politik? (Liga Mahasiswa NasDem Jabar))

Oleh: Liga Mahasiswa NasDem Fisip Unjani

Tentu akhir-akhir ini para pejuang dan simpatisan Liga Mahasiswa NasDem khususnya di Jawa Barat santer mendengar issue tentang mundurnya beberapa pejuang (lelah) restorasi yang (belum) melakukan gerakan perubahan (malah mengundurkan diri). Tentu setiap orang mempunyai hak yang merdeka untuk menentukan pilihan. Namun, kami mohon kepada mereka: "Please deh jangan LEBAY" Bung!

Ini bukanlah masalah besar bagi kita sebagai tulang punggung gerakan perubahan restorasi Indonesia. Tentu kita yang mempunyai semangat (aseli) restorasi (bukan bajakan) tahu betul mana yang "pejuang" dan mana yang "pecundang". Parjuangan untuk melakukan gerakan perubahan akan tetap berjalan pada porosnya bung!. Kamilah para pejuang (tangguh) restorasi Indonesia (tulang punggung gerakan perubahan). Sungguh hal yang wajar jika dalam sebuah organisasi terjadi perbedaan pandangan dan pendapat. Namun, kami kembali memohon: Please, jangan lakukan PL (Politik Lebay)?

Lebay, adalah sebuah istilah yang kemunculannya sekitar tahun 2006 yang berarti melebih-lebihkan diri sendiri tanpa memperdulikan tanggapan ataupun pertimbangan-pertimbangan yang ada ditengah masyarakat. Dalam arti singkatnya, Lebay bisa berarti Sombong / Egoistik / Terlalu berlebihan. Dalam berpendapat, mereka yang Lebay biasanya menganggap diri mereka yang benar dan apa yang menjadi sudut pandang ataupun pendapatnya sudah menjadi ketetapan yang sulit diubah lagi. Mereka yang Lebay, sulit untuk menerima pengakuan orang lain yang tidak dia sukai tentang dirinya. Sangat senang menerima apa yang menjadi harapannya dan menolak apa yang tidak dia sukai. Intinya Politik Lebay adalah politik yang suka membesar-besarkan hal atau masalah kecil.  

Sejauh pengamatan kami sebagai mahasiswa, begitu banyak hal yang dilebih-lebihkan atau dibesar-besarkan dalam kejadian pengunduran diri ini. Biarlah kami saja yang tahu "kelebayan" itu. Intinya adalah, seandainya saja begitu banyak yang menjalankan Politik Lebay ini, masa depan bangsa ini tentu lebih suram. Mengapa? Dalam beberapa kasus Lebay, dapat beririsan dengan sikap kebohongan atau penipuan. Misalnya dalam konstelasi politik, ada orang yang berkata: "Saya punya massa 1000 kader di Kota Jawa Barat" eh taunya "1000 kader di facebook" (dunia maya) dan bukan nyata. Atau disaat dia katanya mau nyaleg, dia bilang: "Saya punya dukungan dari 250 orang yang siap menjadi kader partai". Eh ternyata datanya sebagian manipulatif. Menurut kami inilah tanda-tanda kelebayan dalam politik.

Mulai malam ini, kami mengajak kepada seluruh kakak di Liga Mahasiswa Nasdem Se-Indonesia untuk menjauhi tindakan "Politik Lebay" ini. "Kelebayan Politik" harus segera kita musnahkan karena hal itu bertentangan dengan yang namanya "Keterusterangan" yang menjadi salah satu azas bagi para tulang punggung restorasi Indonesia. Kelebayan Politik merupakan sebuah bentuk kemunafikan yang nyata. Kelebayan Politik juga dapat menyesatkan cara pandang masyarakat yang menyaksikan dan melihatnya (melalui bingkai media massa). Lalu akhirnya masyarakat ber suudzon (opini) kepada organisasi yang dituju sang pelaku "Politik Lebay". Jika hal ini bermuatan dosa. Yang nanggung ya sang perumus dari "Kelebayan Politik" itu. Semoga semua ini menjadi pembelajaran bagi kita semua bahwa: "Berpolitiklah seadanya, seterusterangnya, sebijaksananya, dan PLEASE, JANGAN LEBAY" Kalau mau lebay, sendiri saja. Jangan bawa-bawa hajat hidup orang banyak. Itu pembodohan massal. Mudah-mudahan semua opini kami ini adalah salah. Dan "Kelebayan Politik" tidak terjadi di Keluarga Besar Liga Mahasiswa NasDem KPW Jabar.

Tunaikan Tugas Suci, Tuntaskan Restorasi !!!  

Senin, 28 Januari 2013

Liga Mahasiswa NasDem Fisip Unjani Menyapa...




Salam Restorasi!

Dalam sebuah organisasi mahasiswa, program merupakan hal penting untuk diperhatikan oleh para anggotanya. Ini menjadi semacam tolak ukur pencapaian organisasi terhadap tujuan-tujuannya.

Dalam hal perencanaan program, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah kondisi mahasiswa Fisip Unjani. Baik secara akademis, kultur dan budaya. 

Masih banyak mahasiwa Fisip Unjani yang belum mengenali identitas kemahasiswaannya dan belum menyadari betapa pentingnya peranan mereka (baca: mahasiswa) dalam memajukan masyarakat dan bangsanya. Kita (mahasiswa) tentu harus sangat menyadari bahwa di tangan kitalah masa depan bangsa ini ditentukan.     

Sementara pada tataran praksis, masih banyak mahasiswa Fisip Unjani yang belum mampu berdialektika dengan baik sesuai dengan bidang akademis yang diambilnya. Budaya baca-tulis juga merupakan sebuah kebutuhan pokok yang terlupakan. Namun, dengan berbagai fenomena tersebut rasa optimisme untuk melakukan perubahan semakin besar dan berapi-api.

Menjadi sebuah kewajaran disaat terlahirnya sebuah organisasi yang baru di tengah masyarakat akademis fisip unjani menuai perhatian. Ini sangat wajar. Seperti halnya hadirnya mahasiswa baru di dalam kampus yang menjadi perhatian para pendahulunya. Namun begitu, selama Liga Mahasiswa NasDem ini melakukan dan berkontribusi melalui berbagai kegiatan-kegiatan positif, tentu opini-opini yang tak bersesuaian akan hilang dengan sendirinya.

Jangan sampai kita menjadi mahasiswa yang reaktif jika masih ada peluang untuk menjadi mahasiswa yang proaktif. Segala macam penilaian terhadap berbagai hal harus kita landasi dengan pondasi berfikir yang objektif. Mengapa demikian? karena mahasiswa itu adalah insan akademis yang ilmiah. Mampu berfikir secara teratur dan mempunyai argumen yang tertata adalah salah satu modal yang cukup penting.

Untuk itu, bagi siapapun yang ingin memeberikan masukan dan pandangan secara ilmiah, tentu kami akan sangat senang jika kalian mau melakukan pendiskusian dengan kami (Liga Mahasiswa NasDem Fisip Unjani) secara nyata dan tentu dengan metode yang ilmiah. Tentu kita semua sepakat bahwa: Negara ini adalah negara hukum. Dimana kita semua mempunyai posisi dan kedudukan yang sama dimata hukum. Mempunyai hak yang sama juga untuk berpendapat, berserikat dan berkumpul.

"Fastabiqul Khairat" Mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan...

Salam Restorasi! 

Jumat, 25 Januari 2013

Keluarga Besar Liga Mahasiswa NasDem Jawa Barat

Kebersamaan tentu menjadi sebuah hal yang mengasyikan. Demikian halnya dengan yang dialami oleh para aktifis Liga Mahasiswa NasDem Jawa Barat.

Setelah melaksanakan "Pendidikan Kader Pratama" pada tanggal 12 Januari 2013. Kemudian dilanjutkan dengan pelantikan dan deklarasi komisariat. Ini seperti menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Banyak sekali pelajaran serta pembelajaran bagi kita semua yang pasti akan sangat bermanfaat di kemudian hari. Dalam Pendidikan Pratama tersebut, diisi oleh para pemateri yang dahsyat seperti Kakak Darisman, Kakak Kori Kurniawan, dan Kakak Arief Rahman Hakim.

Peserta yang mengikuti Pendidikan Pratama Liga Mahasiswa NasDem Jawa Barat terdiri dari beberapa kampus ternama di Jawa Barat seperti Unpad, Unjani, Upi, dll

Semoga rangkaian kegiatan ini menjadi sebuah langkah awal untuk kedepannya mampu memberikan kontribusi nyata untuk perubahan masyarakat yang lebih baik.

Bagi kalian semua mahasiswa Indonesia, Ayo segera bergabung ke dalam barisan gerakan perubahan restorasi Indonesia. Ini benar-benar melakukan perubahan looohhh, bukan hanya jargon dan flatform saja. Kalau kalian tidak percaya, lihat saja nanti.

Salam Restorasi!

Foto Kegiatan

Pendidikan Pratama  
LMNasDem Fisip Unjani
Oleh Wakil Ketua LMNasDem Komite Pusat Bidang Pengkaderan Partai
Kakak Kori Kurniawan


Fokus Grup Diskusi
LMNasDem Fisip Unjani
di Pendidikan Pratama LMNasDem 
Komite Wilayah Jawa Barat

Kakak Arief Rahman Hakim
Sekdjen Komite Pusat Liga Mahasiswa Nasdem
dalam Pendidikan Pratama
LMNasDem Jawa Barat

bersambung...

Identitas Mahasiswa???

 Oleh: LMNasDem Fisip Unjani

Berbicara mahasiswa, tentu tidak terlepas dengan berbagai julukan agung yang disematkan kepadanya. Mahasiswa adalah bagian kecil dari masyarakat namun memegang harapan masa depan bangsa dikemudian hari. Kemajuan sebuah bangsa ditentukan juga oleh kualitas kaum mudanya (mahasiswa). Ini yang perlu kita insafi bersama wahai mahasiswa!

Peranan sederhana yang harus diperankan oleh mahasiswa adalah "Kepedulian". Baik terhadap dirinya, keluarganya, kampusnya, masyarakatnya, bahkan bangsa dan negaranya. Menjadi mahasiswa merupakan sebuah fase berproses untuk menjadi insan yang lebih baik. Menjadi mahasiswa adalah menjadi manusia yang selalu berproses dalam bingkai pembelajaran berbangsa dan bernegara.

Bagaimana kita pungkiri bahwa sebetulnya masyarakat menaruh harapan besar kepada mahasiswa. Meskipun hal itu semakin hari semakin memudar seiring berkembangnya pemikiran masyarakat bahwa menjadi mahasiswa adalah sebuah gaya hidup dan peningkatan status sosial.

Sejarah membuktikan bahwasannya mahasiswa mempunyai andil besar terhadap perubahan sebuah bangsa. Demikian halnya dengan Indonesia. Hal yang tidak bisa kita nafikan bahwasannya semenjak bendirinya bangsa ini, mahasiswa mengambil bagian terdepan. Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka, dll. Mereka semua adalah kaum terpelajar di masanya (baca:mahasiswa). Ini sebuah fakta historis bahwasannya "Mahasiswa adalah Tulang Punggung Gerakan Perubahan Bangsa Indonesia" sejak dahulu.

Fakta tersebut tidak begitu saja hilang setelah bangsa Indonesia ini berdiri. Tahun 1966, 1974, 1998 telah menggoreskan tinta emas sejarah mahasiswa Indonesia dalam menyumbang kontribusi nyata terhadap perubahan bangsa ini ke arah yang lebih baik. Namun, jika kita melihat fenomena secara objektif mahasiswa saat ini, semakin surut saja yang siap berjuang dan memperjuangkan ide serta gagasannya melalui berbagai gerakan perubahan yang riil di tengah masyarakat.

Semakin sedikit saja, mahasiswa yang rela membagi waktu dan pikirannya untuk sejenak peduli terhadap kondisi buruk yang harus segera diperbaiki. Semakin sedikit saja mahasiswa yang ikhlas memperjuangkan peranannya sebagai agen perubahan yang selalu siap tampil untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di sekitarnya. Tentu, ini bukanlah sebuah hal yang patut kita syukuri bersama. Akan tetapi harus menjadi sebuah cambuk, bagaimana para pejuang yang tersisa ini mampu menjadi tauladan dan inspirasi bagi yang lainnya.

Mereka yang masih bertahan dalam perjuangan untuk melakukan perubahan harus membunuh secara sadis rasa pesimisme dan menanam benih-benih optimisme yang akan melandasi perjuangan mereka sampai tuntas. Mahasiswa harus mempunyai rasa kepedulian. Mahasiswa harus mempunyai rasa optimisme. mahasiswa harus mempu memiliki rasa pengabdian. Itu hanyalah salah satu langkah awal agar bagaimana kita sebagai mahasiswa tidak kehilangan jati diri dan identitasnya sebagai pelaku perubahan bangsa.

bersambung....  

Minggu, 13 Januari 2013

Perkenalan LM NasDem Fisip Unjani



Berawal dari beberapa mahasiswa yang merindukan perubahan di kampus Unjani tercinta umumnya, khusunya di fakultas fisip. Setelah sering melakukan pendiskusian baik itu terkait dengan kondisi masyarakat, mahasiswa, dan partai politik. Akhirnya kami semua memutuskan untuk masuk menjadi anggota Liga Mahasiswa NasDem. Anda ingin tahu alasannya? Silahkan masuk terlebih dahulu....

Kalian mahasiswa mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata "REFORMASI".... tapi tidak sedikit juga yang lebih mendambakan "REVOLUSI"..... sementara dengan "RESTORASI"??? apakah kalian tahu??? saya rasa hanya sedikit saja yang tahu... (^-^)", secara logika sederhana, kalian pasti lebih sepakat dengan Restorasi. Mengapa? 

Jika Gerakan Reformasi (mengerikan); terjadi kekacauan dimana-mana, demonstrasi mahasiswa besar2an, penjarahan, mencekam, menakutkan.. dll. Gerakan Revolusi (lebih mengerikan lagi); terjadi kematian dimana-mana, pertumpahan darah, perang antar saudara, menimbulkan kerusakan berat sesudahnya, kesedihan luar biasa, sungguh sangat mengerikan!  Nah ini dia Gerakan yang paling aman dan paling rasional "Restorasi" (aman dan damai): memperbaiki tatanan negara melalui jalan "legal formal" yaitu mengikuti pemilu, yang pada akhirnya berujung kemenangan partai dan presiden berkat kerja keras seluruh elemen masyarakat yang merindukan perubahan lebih baik.
 
Dalam kegiatan "Pendidikan Pratama Liga Mahasiswa NasDem Jabar" yang diselenggarakan kemarin di Gedung Ormas Nasional Demokrat Jawa Barat, kita semua diberikan pembelajaran dasar tentang hal tersebut. Sungguh sangat menarik, memperhatikan paparan dari para pemateri yang berasal dari Komite Pusat Liga Mahasiswa NasDem. Diantaranya adalah Kakak Qori Kurniawan dan Kakak Arief Rahman Hakim. Pemateri yang pertama, kami kurang hafal karena kami datang kesiangan gara-gara ngeprint dulu banner. hehe... Memang sih kita ini terlalu aneh mungkin dimata peserta atau bahkan panitia yang lainnya, padahal itu hanyalah sebuah bentuk ekspresi kesenangan kami saja dapat bergabung dalam Gerakan Perubahan (tidak lebih).

Memang di zaman yang serba mencurigakan ini serba salah. Bermalas malasan, disingkirkan. Terlalu rajin, dikira ada maunya. Tapi percayalah, jauh hari sebelum kami menapakkan kaki ke Gedung Nasional Demokrat Jawa Barat, diskursur tentang mahasiswa, masyarakat dan partai politik telah kami godog secara matang dan betul-betul serius. Hasilnya adalah menurut kami hanya Partai Nasdem lah yang memberikan kesempatan besar kepada para kaum muda Indonesia yang ingin berjuang sekuat tenaga merubah bangsanya melalui jalur kepemimpinan. Coba, apakah diantara kalian semua ada yang tidak sepakat? Melihat konteks kekinian, menurut kami Partai Nasdem lah yang pantas untuk kita percaya merubah negara ini menjadi lebih baik. Mengapa? Masih baru dan masih bersih! Serba elegan, dan memang menawan!

Mungkin, kami cukupkan sekian saja. Semoga tertarik dan mencoba masuk ke dalam Gerakan Perubahan. Dijamin MANTAP!

Bagi kalian mahasiswa unjani yang MAU BANGET bergabung dalam GERAKAN PERUBAHAN (Bukan lagi SALAM PERUBAHAN) melalui jalan RESTORASI Unjani (Bukan lagi REVOLUSI Unjani) atau mau sekedar tanya-jawab, sharing, debat, diskusi (Pada jam-jam istirahat kuliah).  Layanan Khusus: Kami Siap Melayani Kalian Semua 24 Jam Non-Stop (Bagi yang mau GABUNG). Hehehe... Dijamin SERUUU... Mau ngajar anak2, main ke panti asuhan, belajar bersama, bimbingan akademis, dll.  

SMS CENTER:    ABE (0856-2261-025)